NASIONAL

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Tantangan Berat Industri Alas Kaki

"Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menilai industri alas kaki di tanah air sudah mengalami tekanan dan tantangan sejak 2019."

Astri Yuanasari

Aprisindo soal sepatu bata
Tangkapan layar google map pabrik sepatu Bata di Purwakarta, Jabar, Selasa (07/05/24)

KBR, Jakarta- Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menilai industri alas kaki di tanah air sudah mengalami tekanan dan tantangan sejak 2019.

Direktur Eksekutif Aprisindo, Firman Bakri menjelaskan, beberapa aturan impor bahan baku yang cukup memberatkan bagi pelaku industri di tanah air. Seperti aturan biaya bea masuk tambahan (safeguards) pada bahan baku pembuatan sepatu.

"Kalau kita bicara faktor input, sejak 2019 untuk industri alas kaki itu kita bahan baku aja kita sudah dibebani dengan aturan bahwa bahan baku itu dikenakan safeguards, itu sampai di 2022," kata Firman kepada KBR, Selasa (7/4/2024).

Firman menjelaskan, meski kebijakan safeguards tersebut telah dihentikan pada 2022, permohonan izin untuk impor bahan baku sempat tertunda lama. 

Dia mengungkapkan, tantangan lainnya adalah ketentuan verifikasi kemampuan industri yang dilakukan oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh Kementerian Perindustrian.

"Kita juga dibebani dengan aturan verifikasi kemampuan industri. Beberapa pabrik itu sampai gagal kirim bahan baku bahkan ketika pabrik kita order ke pabrik di domestik, pabrik di domestik kita juga bahan bakunya dari impor juga," ujarnya.

Firman menambahkan, pemerintah juga mengeluarkan aturan baru berupa Permendag 36 Tahun 2024. Industri alas kaki saat ini dikenakan aturan pengawasan atau larangan dan pembatasan (Lartas) secara maksimal.

"Jadi bisa dibayangkan ya kita ada banyak sekali aturan-aturan dan proses yang harus diikuti untuk sekedar mendapatkan bahan baku dan ini pasti berat buat industri," jelasnya.

Selain faktor input, Firman menyebut tantangan juga muncul dari sisi output, yakni terkait harga jual, pasar, inflasi dan kondisi perekonomian masyarakat.

"Ketika ada inflasi, kemudian harga minyak yang naik, harga pangan naik, nah itu kan yang kita khawatirkan mempengaruhi daya beli, dan kita harus bersaing dengan kebutuhan pokok." tutur Firman. 

"Sementara kemudian produk-produk kita barang-barangnya naik semua, faktor-faktor inputnya naik semua, nah ini kan pasti juga akan jadi tantangan ya," imbuhnya.

Baca juga:

- Pabrik Sepatu Bata Tutup, Bukan Akibat Turunnya Ekonomi Nasional

- Pabrik Sepatu Bata Ditutup, Gubernur Jabar Pastikan Hak Karyawan

Sebelumnya, PT Sepatu Bata mengungkap alasan menutup operasional pabrik di Purwakarta, Jawa Barat, per 30 April 2024.

Corporate Secretary Sepatu Bata Hatta Tutuko mengatakan perusahaan menutup operasional karena merugi di tengah menurunnya permintaan.

"Dengan keputusan ini, maka Perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta," ujar Hatta dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (3/5/2024).

Hatta menjelaskan Bata telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi covid-19. Di lain sisi, perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat juga menjadi tantangan.

Alhasil, perusahaan terpaksa menutup operasional pabrik di Purwakarta.

Editor: Resky Novianto

  • pabrik sepatu bata
  • aprisindo

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!