NASIONAL

Bencana Terus Makan Korban, Perlu Sosialisasi dan Edukasi Tiada Henti

"Banjir melanda sebagian besar Indonesia sepekan terakhir. Akibatnya, puluhan ribu rumah terendam, ratusan ribu orang terdampak."

Ardhi Ridwansyah

Bencana Terus Makan Korban, Perlu Sosialisasi dan Edukasi Tiada Henti
Banjir menggenang rumah warga di Nalbonat, Kecamatan Kupang Timur, Kab Kupang, NTT, Rabu (13/3/2024). (Foto: ANTARA/Mega Tokan)

KBR, Jakarta - Banjir melanda sebagian besar Indonesia sepekan terakhir. Puluhan ribu rumah terendam, ratusan ribu orang terdampak, dan puluhan orang meninggal. Tak hanya itu, ratusan hektare lahan persawahan juga tergenang.

Salah satunya banjir bandang di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Pemda menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari atau hingga 22 Maret 2024.

Kepala Badan Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Pesisir Selatan, Doni Gusrizal mengatakan, banjir berdampak terhadap puluhan ribu warga di 11 kecamatan.

"Terakhir informasi ada enam orang, jadi sisanya empat. Di samping itu sudah ditemukan juga satu balita meninggal dan terakhir informasi sudah ditemukan tujuh orang jenazah, jadi total 14 orang," kata Doni.

Hingga kini tercatat 31 korban meninggal akibat banjir. Lima korban di antaranya belum ditemukan. Selasa petang kemarin, Tim SAR gabungan menemukan seorang korban laki-laki di bibir Sungai Batang Tarusan. Korban meninggal langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Muhammad Zein Painan untuk identifikasi.

Banjir dan longsor juga melanda beberapa wilayah lain di Sumatra Barat, seperti Kota Padang dan Kabupaten Agam.

Dari Pulau Jawa, sejumlah daerah di Kota Cirebon Jawa Barat, juga terdampak banjir sejak pertengahan pekan lalu. Banjir merendam lebih 40 ribu rumah dan 160 ribuan jiwa terdampak di sembilan kecamatan. Dua orang dilaporkan meninggal.

Di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, 11 kelurahan terkena banjir dengan ketinggian hingga dua meter. Sekitar 700-an rumah terendam dan satu orang meninggal.

Baca juga:

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi banjir akibat tingginya curah hujan hingga banjir rob pesisir.

Prakirawan BMKG, Rif'at Darajat menjelaskan lokasi-lokasi mana yang patut waspada.

"Yang berpotensi terjadi di Sumatra Utara, pesisir Kepulauan Riau, pesisir Banten, pesisir Jawa Timur, pesisir Sulawesi Utara, dan pesisir Maluku Utara," kata Rif'at dalam keterangan di kanal YouTube Info BMKG, Minggu, (10/3/2024).

BMKG juga memperingatkan potensi cuaca ekstrem, mulai hujan lebat, angin kencang, hingga gelombang tinggi, akibat aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO). Lalu ada juga gelombang Equatorial Rossby dan gelombang atmosfer Kelvin di sebagian besar wilayah Indonesia.

Mengantisipasi cuaca ekstrem beberapa hari ke depan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan sejumlah daerah untuk waspada bencana. Masyarakat juga diminta selalu bersiap dan memantau perkembangan cuaca terkini.

Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat BNPB, Agus Riyanto mengatakan, Teknologi Modifikasi Cuacau TMC terus digunakan sebagai upaya mitigasi untuk mengurangi curah hujan.

“Artinya pada saat hidrometeorologi basah bagaimana mengurangi intensitas atau curah hujan yang tinggi. Sebaliknya di hidrometeorologi kering ini juga bagaimana kita modified bisa kemudian bagaimana supaya potensi-potensi yang sebenarnya mau jadi hujan ini bisa kita juga turunkan hujan sehingga membantu kepada daerah-daerah yang kekeringan. Sehingga ini ada dua sisi yang bisa kita manfaatkan pada saat hidrometeorologi basah maupun kering,” kata Agus di kanal YouTube BNPB, Jumat, (8/3/2024).

Berdasarkan Data Bencana BNPB, sudah terjadi 426 peristiwa bencana di awal 2024. Dari jumlah tersebut, lebih 270 kejadian merupakan banjir.

Rinciannya banjir 271 kejadian, cuaca ekstrem 95 kejadian, tanah longsor 35 kejadian, karhutla 19 kejadian. Lalu, ada gelombang pasang dan abrasi 1 kejadian, gempa bumi 3 kejadian, kekeringan 1 kejadian, dan erupsi gunung api 1 kejadian.

Hingga 10 Maret 2024, bencana menyebabkan 56 meninggal, lebih 1,8 juta orang mengungsi, 4 hilang, dan 120-an luka-luka.

Baca juga:

Untuk menekan dampak bencana, Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) mendorong pemerintah pusat dan daerah proaktif mengingatkan warga di wilayah rawan bencana.

Ketua Umum MPBI, Avianto Amri mengatakan, perlu sosialisasi dan edukasi terus menerus untuk bisa evakuasi dini sebelum dan sesaat terjadinya bencana.

“Bagaimana memudahkan warga untuk bisa melakukan evakuasi, di mana lokasi aman, menyiapkan tempat pengungsian, termasuk juga penyiapan tas siaga bencana dan juga menyusun rencana siap siaga,” kata Avianto kepada KBR, Minggu, (10/3/2024).

Avianto menambahkan, banjir hingga tanah longsor merupakan bencana hidrometeorologi yang dominan terjadi di tanah air.

Dia juga meminta daerah berkolaborasi dengan LSM dan ormas setempat untuk meningkatkan kapasitas, terutama dalam hal penanggulangan bencana.

Editor: Agus Luqman

  • bencana banjir
  • bencana hidrometereologi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!